KEBUDAYAAN

   A.  PENGERTIAN BUDAYA DAN BUDAYA LOKAL

   1.  Pengertian Budaya

Budaya erat kaitannya dengan masyarakat. Berikut pengertian budaya menurut para ahli.


a. Pengertian secara Etimologi

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta  BUDDAYAH, bentuk jamak dari buddi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan adalah hal – hal yang bersangkutan dengan akal.


b. Pengertian budaya menurut Selo Sumarjan dan Soelaiman Soemardi


 - KARYA, masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang digunakan manusia untuk menguasai alam sekitar dan hasilnya dapat diabdikan untuk kepentingan masyarakat untuk mengatur masalah – masalah kemasyarakatan. Didalamnya termasuk agama, idiologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekpresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. - CIPTA, merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang – orang yang hidup dalam masyarakat. Cipta menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan.



c. Pengertian budaya menurut Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski.


Mengatakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu sendiri/ Cultural Determinism.Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi, disebut superorganik



d. Pengertian kebudayaan menurut Koentjaradiningrat.

Kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri dengan cara belajar.


e. Pengertian kebudayaan menurut Kroeber

Kebudayaan adalah keseluruhan gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai – an nilai yang dipelajari dan di wariskan serta perilaku yang ditimbulkannya


f. Pengertian kebudayaan menurut Kluckohn

Kebudayaan adalah pola perilaku ekpslisit dan implicit yang dipelajaridan diwariskan melalui simbol yang merupakan prestasi khas manusia, termasuk perwujudtannya dalam bentuk benda budaya.


g. Pengertian kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara


 Kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia 



2. Budaya lokal dan budaya nasional

Setiap negara memiliki budaya nasional masing – masing. Budaya nasional Indonesia dibangun oleh bodaya local dan hasil serapan dari unsur – unsur budaya asing atau budaya global.


a. Pengertian budaya local dan nasionalBudaya local adalah budaya yang berkembang di daerah – daerah, dan merupakan milik suku – suku bangsa Nusantara. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multicultural dalam suku dan budaya. Setiap suku bangsa memiliki budaya local masing – masing yang memperkaya khasanah budaya nasional. Budaya Nasioanal adalah kebudayaan yang terbentuk dari keseluruhan budaya local yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia serta hasil serapan dari unsur – unsur  budaya atau budaya global. 
Bangsa Indonesia yang mendiami wilayah Nusantara yang memiliki keragaman geografis terdiri dari beragam suku bangsa dan budaya / bersifat Bhinekka.Meskipun bangsa Indonesia bersifat bhinekka tetapi dalam kehidupan sehari hari mencerminkan ke ‘ika’ an / satu kesatuan yang tunggal.Bhinneka Tunggal Ika adalah bentuk penggambaran keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, tetapi tetap hidup rukun dan damai.Akan tetapi kadang – kadang ke bhinekaan tersebut justru menjadi pemicu konflik social budaya yang dapat mengancam disintegrasi nasional. Tetapi dengan tetap berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945, setiap konflik social yang terjadi dapat diselesaikan dengan semangat  kekeluargaan dan musyawarah mufakat.Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan nasional berfungsi sebagai pemberi identitas kepada suatu bangsa sebagai kontinuitas sejak zaman kejayaan bangsa Indonesia pada masa lampau sampai masa kini.Jadi kebudayaan Indonesia yang Bhinekka itu merupakan kebudayaan nasional yang fungsinya untuk memperkuat solidaritas dan nasionalisme.Bagi bangsa Indonesia rumusan kebudayaan nasional jelas tercantum dalam Pasal 32 UUD 1945 yang menyatakan ‘ Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia dan seluruhnya’Melalui proses pembiasaan dan proses cultural, akan menghasilkan etos kebudayaan yang khas. Etos kebudayaan ada karena kebudayaan itu sangat komplek dan menyangkut eksistensi manusia.Menurut Kluckhonhn (1951), kebudayaan bersumber dari sifat – sifat biologis, psikologis, dan komponen lingkungan eksistensi manusia /masyarakat.



b. Perwujudan budaya nasional Perwujudan budaya ada 2 yaitu perwujudan abstrak dan perwujudan konkret. Perwujudan abstak budaya berupa gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Perwujudan konkret berupa cara berbahasa, berperilaku, berpakaian, dan peralatan/materi/artefak.


1. Cara berbahasa Dalam kehidupan sehari hari, masyarakat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Selain   secara lisan, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa tulisan pada media massa, media elektronik,   maupun media cetak seperti buku, surat kabar dan majalah. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa   pengantar resmi. Bahasa isyarat juga bisa digunakan sebagai bahasa sehari - hari,misalnya anggukan tanda setuju,   menggeleng menandakan penolakan, angkat tangan, angkat telunjuk, semua itu mengandung makna yang   bisa dimengerti oleh pihak lain dalam komunikasi. Bertutur menggunakan bahasa daerah bercampur bahasa Indonesia diperkenankan, karena keduanya   merupakan perwujudan kebudayaan nasional.

2. Cara berperilaku Perilaku pada dasarnya merupakan isi atau substansi budaya sebagai sistim tindakan. Dengan kata lain pola sikap perilaku dipelajari dari kebudayaanya melalui proses internalisasi, sosialisasi,   dan  enkulturisasi. Dimana perilaku masyarakat tiap bangsa berbeda. Perbedaan pola sikap dan perilaku ini   dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang budaya yang berbeda – beda.

3. Cara berpakaian Cara berpakaian setiap bangsa didunia berbeda – beda sesuai dengan sistim budayanya.. Pakaian yang digunakan untuk mengikuti kegiatan yang bersifat tradisi dinamakan pakaian adat atau pakaian   daerah.

4. Peralatan hidup
 Peralatan hidup pada dasarnya merupakan hasil karya cipta masyarakat Indonesia. Peralatan hidup baik   yang bersifat tradisional maupun modern biasanya berupa alat produksi, senjata, wadah makanan dan   minuman, jamu – jamuan, pakaian, perhiasan perumahan, serta alat komunikasi dan transportasi, semua   dibuat dan diciptakan manusia. Alat – alat komunikasi transportasi tradisional contohnya kentongan, bedug,   andong,delman, sampan, perahu  cadik dan sebagaianya.

B. UNSUR – UNSUR  BUDAYA


Unsur – unsur budaya ada 7 macam.


1. Religi/ kepercayaan







Adalah suatu keyakinan bahwa hal – hal yang dipercayai itu benar dan nyata. Tuhan, manusia, benda – benda, hewan dan lain – lain. Untuk mengetahui asal mula religi orang – orang Eropa berupaya mempelajari sistim religi kuno. Semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan kepercayaan atau agama didasarkan pada suatu getaran jiwa, yang disebut emosi keagamaan. Emosi keagamaan inilah yang menyebabkan suatu benda, tindakan, atau gagasan. Tata cara pelaksanaan upacara keagamaan bermacam – macam sifat dan jenisnya, seperti sesaji, berkorban, berdoa, makan bersama, menari tarian suci, nyanyi – nyanyian, berpawai, memainkan drama, berpuasa, bersemedi, shalat, dan sebagainya. Diantara upacara keagamaan tersebut ada yang dianggap sangat penting oleh suatu penganut agama, tetapi tidak dikenal dalam agama lain.


2. Kekerabatan dan organisasi social





Apabila kita perhatikan, aktifitas kehidupan masyarakat selalu diwarnai oleh kegiatan yang bersifat kekerabatan dan organisasi social.


a. Sistim kekerabatan

Sistim kekerabatan adalah pola kehidupan suatu kelompok masyarakat yang bersifat dan bercirikan kekeluargaan atau kekerabatan karena adanya hubungan pertalian darah, keturunan nenek moyang adan asal usul identitas yang sama.
Sistim kekerabatan tiap suku berbeda beda, ada yang menerapkan kekerabatan matrilineal, patrilinial, parental, dan sebagaianya.

Pada pertengahan abad ke-19, ahli antropologi L.H.Morgan, E.B.Taylor, dan J.J. Bachofen telah meneliti sistim kekerabatan yang berlaku didunia. Selain sistim kekerabatan patrilinial, matrilineal, dan parental ada pula sistim kekerabatanbilinial dan ambilinial.


Menurut L.M. Morgan macam – macam sistim kekerabatan erat kaitannya dengan istilah kekerabatan. Masyarakat adat yang berdasarkan geneologi sering disebut sebagai masyarakat hukum


1) Sistim kekerabatan parental

Parental adalah sistim kekerabatan yang menarik garis keturunan dari kedua belah pihak yaitu ayah dan ibu. Sistim kekerabatan ini dianut oleh suku, Jawa, Sunda, Bugis, dan Makkasar.

Sistim kekerabatan parental dikelompokkan lagi menjadi 4, yaitu:

a) Ambilinial

Adalah sistim kekerabatan yang menarik garis hubungan keluarga dari pihak ayah atau pihak ibu secara bergantian.

Bagan sistim kekerabatan ambilinial

b) Konsentris

Adalah sistim kekerabatan yang menarik garis hubungan keluarga sampai jumlah tertentu. Misalnya pada suku bangsa Sunda dikenal istilah sabondoroyot ( satu keturunan dari nenek moyang yang dihitung sebanyak 7 generasi.

c) Primogenitur

Adalah sistim kekerabatan yang menarik garis hubungan keluarga dari ayah dan ibu yang usianya tertua saja. Misalnya pembagian harta warisan, hanya anak sulung saja yang dapat.

d) Ultimogenitur

Adalah sistim kekerabatan yang menarik garik hubugan keluarga dari ayah atau ibu yang usianya termuda saja (bungsu). Misalnya pembagian harta warisan hanya anak bungsu saja yang mendapatkannya.

2) Sistim kekerabatan unilateral

Adalah sistim kekerabatan yang menarik garis hubungan keluarga dari satu pihak saja, yaitu dari pihak ayah (patrilinial), atau dari pihak ibu ( matrilineal). Yang mengenut sistim kekerabatan patrilinial adalah suku Batak, Flores, Minahasa. Sedangkan yang menganut sistim kekerabatan matrilineal adalah suku Minangkabau.

3) Sistim kekerabatan altenerend

Adalah sistim kekerabatan yang anggota – anggotanya menarik garis keturunan secara berganti – ganti sesuai dengan pola perkawinan yang diterapkan orang tua. Dalam sistim kekeranatan altenerend, garis keturunan patrilinial dan matrilineal berlaku berganti ganti.


Dalam kekerabatan altenerend dikenal 3 bentuk perkawinan, yaitu

a. Perkawinan berdasarkan garis keturunan ibu, disebut kawin semendo

b. Perkawinan berdasarkan garis keturunan ayah, disebut kawin jujur
c. rajo
- Apabila orang tuanya melakukan perkawinan semendo, maka anak – anaknya menarik garis kekerabatan dari pihak ibu.
- Apabila orang tuanya melakukan perkawinan jujur, maka anak – anaknya menarik garis kekerabatan dari pihak ayah.
- Jika orang tuanya melakukan perkawinan semendo rajo – rajo, maka anak – anaknya menarik garis kekerabatan dari pihak ibu dan ayah ( campuran )

b. Organisasi social
Organisasi social adalah perkumpulan yang dibentuk oleh masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan kepentingan bersama. Adanya organisasi social ini merupakan wujud kehidupan kolektif manusia sebagai makluk social. Perwujudan kehidupan kolektif manusia dalam skala besar ialah sebuah negara nasional.

Dalam suatu negara nasional terdapat sejumlah perkumpulan atau organisasi social. Di Indonesia kita mengenal adanya perkumpulan suku bangsa, Suku Jawa, Suku Dayak dan sebagainya. Dalam setiap suku bangsa terdapat desa dan kota. Di setiap desa atau kota terdapat organisasi pendidikan, organisasi politik, organisasi social lainnya.


3. Mata pencaharian




Mata pencaharian masyarakat mencerminkan corak kebudayaannya. Pada masyarakat tingkat peradaban atau kebudayaan masih sederhana , mata pencahariannya juga sederhana. Misalnya pada masyarakat pra aksara, mata pencahariannya sangat sederhana. Misalnya berburu dan meramu, beternak, menangkap ikan dan berkebun di lading. Berburu dan meramu adalah mata pencaharian yang paling tua di dunia.

Suku bangsa peternak hidup di daerah pegunungan, sabana, dan stepa. Mereka pada umumnya beternak kambing, domba, kuda, unta, dan ternak besar lainnya. Suku bangsa peternak pada umumnya hidup mengembara sepanjang musim dingin dan musim panas pada wilayah yang yang amat luas. Mereka berkemah pada malam hari. Itulah sebabnya suku bangsa peternak berperilaku agresif, pemberani dan pengembara yang ulung..

Bercocok tanam di lading atau berhuma juga merupakan pencaharian tradisional yang tergolong tua. Berladang dilakukan dengan cara membuka hutan, menebang, memotong, membersihkan belukar dan membakar ranting. Lading yang telah dibuka ditanami dengan tanaman yang diperlukan. Apabila lading itu sudah tidak subur, mereka meninggalkan dan membuka ladang baru.

Demikian juga dengan menangkap ikan, sejak zaman pra aksara, penduduk yang hidup didekat sungai, danau, atau laut, menangkap ikan sebagai mata pencahariannya.

4.
 Peralatan hidup




Tingkat peradapan suatu kelompok masyarakat tampak pula pada peralatan atau perlengkapan hidup yang digunakan. Pada masyarakat tradisional, peralatan hidup masih sederhana. Peralatan hidup yang digunakan pada masyarakat tradisional, antara lain berupa alat produksi, senjata, wadah, makanan, pakaian, tempat berlindung, dan alat transportasi. Sedangkan pada masyarakat modern peralatan hidup sudah menggunakan teknologi modern.

a.
 Alat produksi
Alat produksi pada masyarakat tradisional berupa peralatan yang terbuat dari batu, tulang, kayu, dan logam. Menurut ahli pra aksara K.T. Oakley dalam bukunya Man The Tollmaker (1950), terdapat empat macam alat produksi, yaitu pemukul, penekan, pemecah, dan penggiling. Alat – alat produksi dalam dalam masyarakat tradisional dibedakan menurut fungsi dan lapangan pekerjaanya. Berdasarkan fungsinya, alat produksi berupa alat potong, alat tusuk, alat menyalakan api, alat pukul, dan sebagainya. Berdasarkan lapangan pekerjaanya, alat – alat produksi berupa alat ikat, alat tenun, alat pertanian, alat menangkap ikan, dan sebagaiannya.

b.
 Senjata
Senjata dalam masyarakat tradisional dapat dibedakan menurut bahan dan teknik pembuatannya. Bahan mentahnya dapat berupa kayu, tulang, dan logam. Teknik pembuatannya menggunakan tangan. Menurut fungsinya, dekenal senjata – senjata berupaalat potong, alat tusuk, senjata lempar, dan tameng. Menurut pemakaiannya, dikenal senjata – senjata yang digunakan untuk bahan berburu, berkelahi, berperang, perhiasan, dan sebagainya.. dalam masyarakat modern, senjata dibuat dengan menggunakan teknologi canggih. Bentuk dan jenisnyapun beragam, seperti senjata api, peluru kendali, tank, pesawat tempur, dan sebagainya.

c.
 Wadah
Dalam budaya masyarakat tradisional, wadah digunakan untuk menyimpan, menimbun, dan membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya, wadah terbuat dari bamboo, kayu, kulit kayu tempurung, tanah liat, maupun serat – serat seperti keranjang. Selain tempat menyimpan, wadah juga digunakan untuk memasak atau membawa barang. Dalam masyarakat modern wadah telah dibuat dengan teknologi modern.

d.
 Makanan
Dalam masyarakat tradisional makanan dibuat secara sederhana. Bahan mentahnya dapat berupa daun – daunan, sayur – sayuran, buah – buahan, biji – bijian, akar – akaran, dading, ikan dan sebagainnya. Ada dua cara dalam memasak makanan, yaitu dengan dibakar dan menggunakan batu panas. Batu – batu yang telah dipanaskan kemudian dimasukkan ke dalam bahan makanan. Dari tujuan konsumsi, makanan digolongkan dalam 4 macam, yaitu makanan dalam arti khusus (pokok), minuman, bumbu – bumbuan, dan makanan untuk kenikmatan misalnya tembakau, arak. Pada masyarakat modern, makanan dan minuman dibuat dengan teknologi modern, sehingga jumlah dan mutunya bervariasi. Makanan masyarakat modern tidak hanya memperhatikan jumlah, tetapi juga memperhatikan gizi dan mutunya.

e.
 Pakaian
Pakaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagi manusia. Tingkat kebudayaan masyarakat tercermin dari cara memilih dan mengenakan pakaian. Pada masyarakat tradisional, cara berpakaian masih sangat sederhana. Bahan pakaian terbuat dari daun – daunan, kulit pohon, kulit binatang, dan tenunan sederhana. Teknik pembuatannyapun bersifat sederhana, seperti diikat dan dicelup, ditinjau dari fungsinya, pakaian tradisional dibagi menjadi 4 macam, yaitu
1)
 Alat untuk melindungi tubuh dari pebgaruh alam/ cuaca
2)
 Lambing keunggulan
3)
 Simbol yang dianggap suci
4)
 Sebagai perhiasan.

Pada masyarakat modern, fungsi pakaian sudah lebih komplek dan bervariasi. Selain ke empat fungsi diatas, pakaian merupakan simbol san status sosial seseorang.

f.
 Perumahan
Rumah sebagai tempat berlindung. Sejak zaman purba, rumah menjadi kebutuhan hidup walaupun sifatnya masih sederhana, yaitu sebagai tempat berlindung dari cuaca dan ancaman binatang buas. Rumah tradisional bahannya terbuat dari tanah, jerami, bamboo, kayu, kulit pohon, atau kulit binatang. Bentuk rumah tradisional ada 3 jenis yaitu rumah bawah tanah, rumah diatas tanah, dan rumah diatas tiang. Dari sudut pemakaiannya rumah dibedakan menjadi 3 macam, yaitu rumah tadah angin, rumah gubug atau tenda, dan rumah untuk menetap. Dari segi sosialnya rumah berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga, tempat pemujaan, pertemuan umum, dan rumah pertahanan. Pada masyarakat modern, rumah telah dibuat lebih komplek dan bervariasi, baik bahan maupun cara pembuatannya. Bahkan dalam masyarakat modern rumah telah menjadi ukuran atau simbol status social.

g.
 Alat transportasi
Alat transportasi dan segala bentukdan jenisnya merupakan unsur kebudayaan. Sejak zaman purba, manusia telah mengenal alat transportasi, walaupun masih sederhana. Pada masyarakat tradisional, alat transportasi terpenting yaitu rakit, perahu,kereta beroda,alat seret dan binatang. Pada suku tertentu jalan darat sebagai jalur transportasi tidaklah begitu penting, terutama bagi mereka yang tinggal ditepi sungai, danau, atau pantai.mereka menggunakan rakit, sampan, dan perahu sebagai alat transportasi. Pada masyarakat modern, alat transportasi telah canggih, sehingga bentuk dan jenisnya bervariasi. Seperti sepeda motor, mobil, kereta api, kapal laut, pesawat terbang dan lain – lain.

5.
 Bahasa




Bahasa baik lisan, tulisan, maupun bahas isyarat merupakan komponen budaya. Bahasa menentukan tingkat kebudayaan atau peradaban kelompok masyarakat. Masyarakat praaksara tidak meninggalkan benda – benda bertulisan, sehingga dikatakan sebagai masyarakat  yang  terbelakang taraf peradabannya. Sebaliknya pada masyarakat modern, yang mampu menguasai beberapa bahasa mencerminkan tingkat peradabannya sudah tinggi. Kemampuan bahasa inilah yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan dan mewariskan kebudayaannya kepada manusia lainnya.

6.
 Kesenian




Kesenian meliputi seni sastra, seni rupa, seni musik, seni suara, seni tari, dan seni drama/film merupakan komponen kebudayaan. Kessenian merupakan ekspresi hasrat manusia akan keindahan untuk dinikmati terbagi menjadi 2 macam, yaitu seni yang dinikmati dengan mata ( seni rupa ) dan seni yang dinikmati dengan telinga ( seni suara). Seni rupa terbagi menjadi seni patung, seni lukis, seni gambar, seni ukir (seni relief ) dan seni rias. Seni suara meliputi seni vocal, seni musik, seni sastra. Kesenian yang mencakup seni rupa dan seni suara ialah seni gerak atau seni tari. Seni drama merupakan kesenian yang mengintegrasikan seluruh cabang seni, sebab seni drama mengandung unsur – unsur seni sastra, seni musik, seni vocal, seni tari, seni rias/dekorasi. Wujud seni drama tradisional antara lain wayang, tonil, ketoprak. Wujud seni drama modern antara lain film, sinetron. Dalam budaya masyarakat tradisional, baik bentuk, sifat, maupun jenis kesenian masih bersifat sederhana dan belum menjadi kebutuhan yang penting. Berbeda dengan masyarakat modern, kesenian menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi.

7.
 Pengetahuan





Pengetahuan juga merupakan komponen kebudayaan. Ilmu pengetahuan menaruh perhatian yang besar terhadap pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat. Dari deskribsi etnografi, diketahui bahwa kepandaian setiap suku bangsa di dunia tidaklah sama. Kepandaian suku bangsa Negrito di Kongo dalam mengolah tanah, pengetahuan yang tinggi suku Polinesia dan Mikronesia dalam pembuatan perahu dan sistim navigasinya, kepandaian suku bangsa China dalam meramu obat – obatan tradisional. Menurut ahli ilmu social, tiap suku bangsa telah memiliki pengetahuan dasar tentang alam sekitar, bahan mentah, zat dan benda, tubuh manusia, sifat dan perilaku manusia, serta ruang dan waktu. Pada masyarakat tradisional yang peradabannya masih sederhana, pengetahuan tentang alam sekitar masih terbatas pada pengetahuan tentang musim, sifat – sifat alam, bintang – bintang di langit, dan sebagainya. Pengetahuan tersebut berkaitan erat dengan keperluan praktis berburu dan meramu, bercocok tanam, beternak, dan berlayar. Pengetahuan tentang alam dipengaruhi oleh sistim religi, terutama yang berhubungan dengan keingintahuan tentang asal mula penciptaan alam, dan gejala – gejala alam lainnya. Pengetahuan tentang alam tumbuhan erat kaitannya dengan sistim mata pencaharian dan bercocok tanam. Pengetahuan tentang alam binatang merupakan pengetahuan dasar dari suku bangsa yang hidup dari berburu, meramu, beternak, dan menangkap ikan. Hubungan alamiah manusia dengan hewan, mendorong manusia untuk mengetahui lebih banyak tentang hakikat binatang. Pada masyarakat modern, rasa ingin tahu tentang dunia hewan mendorong lahirnya ilmu biologi, botani, dan zoology. Demikian pula pengetahuan tentang tubuh manusia sudah dikenal oleh suku – suku bangsa dalam masyarakat kuno, terutama yang dikembangkan oleh dukun untuk menyembuhkan penyakit. Pada masyarakat modern, pengetahuan tentang tubuh manusia dikembangkan menjadi ilmu kedokteran. Pengetahuan dasar tentang manusia dan masyarakat telah dikenal sejak zaman kuno. Pergaulan antar sesama manusia dalam masyarakat mendorong munculnya adat istiadat, sistim nilai dan norma social.
Masyarakat tradisional juga telah mengenal pengetahuan tentang ruang dan waktu. Dasar – dasar tentang pengetahuan waktu, seperti lamanya waktu dalam setahun, sebulan, seminggu, dan sehari berdasarkan perputaran matahari. Pengetahuan tentang ruang, seperti menghitung jarak, panjang, tinggi, dan lebar, telah dikenal oleh bangsa Romawi dan Yunani Kuno. Pengetahuan tentang tulisan, huruf, dan bahasa juga telah diketahui oleh suku – suku bangsa di dunia. Huruf Paku, hieroglif, Pallawa, Jawa Kuno, Sunda, Bali Kuno, merupakan bukti bahwa manusia kuno telah mengenal tulisan. Dalam budaya modern pengetahuan mengenai tulisan telah berkembang menjadi ilmu bahasa dan sastra.


C. MACAM – MACAM BUDAYA LOKAL

BANGSA Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multicultural dalam suku bangsa dan budaya, seperti suku Jawa, Batak, Bali, dan sebagainya, dimana setiap suku bangsa memiliki budaya local masing – masing. Di bawah ini beberapa tradisi budaya local yang berkembang dalam masyarakat Indonesia.


1. Tradisi upacara labuhan merapi




Tradisi budaya ini dilaksanakan setiap tanggal 30 Rajab sebagai rangkaian kegiatan upacara penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Syltan Ngayogyakarta Hadiningrat.


2. Tradisi ngaben




Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilakukan oleh penganut agama Hindu Bali. Upacara ini dilaksanakan antara bulan Juni – September.

3. Tradisi betapung tawar

Betapung tawar adalah upacara menyiapkan menjadi seorang anak, yang merupakan tradisi masyarakat Martapura, Amuntai, Kandangan, dan Banjarmasin. Pada upacara ini dilaksanakan juga guring meayun, yaitu menidurkan anak pada ayunan.


4. Tradisi era – era tu urau

Adalah upacara tindik telinga untuk gadis – gadis yang menginjak usia dewasa. Ini adalah tradisi budaya suku bangsa Waropen di Papua. Upacara ini disebut era – era tu urau yang artinya tusuklah telinganya. Penusukan telinga dilakukan oleh seorang dukun yang di namakan aebe siewe, yang dianggap masyarakat setempat mempunyai kesaktian khusus. Makna dari tusuk telinga adalah, agar anak gadis tersebut mendengarkan hal – hal yang baik. Dengan melubangi telinga, maka anak gadis tersebut sudah pantas untuk berumah tangga atau menikah.


5. Tradisi adat Jawa

Tradisi adat Jawa antara lain:

a. Brokohan, yaitu upacara kelahiran bayi
b. Selapanan, yaitu upacara pemberian nama pada bayi baru lahir yang dilaksanakan pada hari ke 35     setelah kelahiran.
c. Tedhak siten, yaitu upacara bagi bayi usia 5 – 6 bulan pada saat pertama kali turun tanah.
d. Tetesan, yaitu upacara khitanan untuk putrid raja yang berusia 8 tahun
e. Supitan, yaitu upacara khitanan pada putra bangsawan yang sudah 14 tahun. Setelah menjalanu supitan, putera bangsawan tinggal di ksatrian yang terpisah dari ibunya.
f. Terapan, yaitu upacara inisiasi haid pertama bagi anak perempuan.


6. Tradisi perkawinan Batak Toba





a. Tahap martandan, adalah tahap mencari jodoh. Seorang laki – laki datang kerumah marga ibunya untuk mencari seorang gadis yang akan dijadikan istrinya.

b. Tahap marhusip, adalah pihak laki – laki mengirim utusan untuk menindak lanjuti niat laki – laki untuk meminang gadis pilihannya.
c. Dialap jual, pihak laki – laki membawa jual, yaitu bahan makanan yang diusung dikepala dan menjemput pengantin wanita.
d. Pembagian jambar (hewan), pihak pengantin pria menyerahkan seekor babi kepada pihak mempelai wanita, pada pembagian hewan ini disepakati bagian apa saja yang akan diberikan kepada keluarga wanita.
e. Prosesi di gedung pertemuan adat, kedua mempelai menuju pelaminan yang disambut dengan tarian tor – tor, sebagai ritus upacara pembukaan

f. Pemberian ulos, Hula – hula (keluarga mempelai pria )memberikan ulos kepada pihak mempelai wanita. Makna dari upacara ini agar kedua mempelai selalu hidup bersama – sama dalam suka dan duka


D. DAMPAK MASUKNYA BUDAYA ASING


Pengeruh budaya asing sudah lama masuk ke Indonesia yaitu sejak masuknya agama dan budaya Hindhu – Budha, Islam, dan Kristen. Pengaruh budaya asing semakin intensif, sejak dunia memasuki era globalisasi. Pada era globalisasi hampir tidak ada satu negarapun yang terlepas dari pengaruh budaya global, baik didunia politik, ekonomi, maupun social budaya.


1. Proses masuknya pengaruh budaya asing


Masuknya pengaruh budaya asing seiring dengan proses penyebaran unsur – unsur budaya global ke seluruh penjuru dunia, disebut difusi kebudayaan. Proses penyebaran unsur – unsur budaya sudah terjadi sejak zaman purbakala hingga sekarang. Bentuk tertua proses penyebaran budaya adalah melalui penyebaran (migrasi) kelompok manusia, dengan proses perpindahan kelompok manusia purba yang hidupnya berpindah – pindah tempat sambil berburu dan meramu.


Pada masa – masa berikutnya difusi kebudayaan dilakukan oleh kaum pedagang dan pelaut. Penyebaran agama – agama besar seperti Hindu, Budha, Islam, dan Kristen dilakukan oleh para pedagang, pelaut, dan penyebar agama. Pada masa penjajahan bangsa asing ( abad 16 – 20 ) terjadi proses penyebaran unsur – unsur budaya asing seperti Portugis, Inggris, Jepang, dan Belanda ). Masuknya budaya asing melalui penjajahan merupakan penetrasi budaya secara paksa. Pada zaman modern seperti sekarang ini proses penyebaran budaya lebih efektif melalui media elektronik, media komunikasi, surat kabar, dan sebagainya.


2. Pengaruh nilai – nilai budaya Barat


Nilai – nilai budaya barat ada yang membawa pengaruh positif dan ada yang negatif dan bertentangan dengan nilai – nilai budaya nasional. Oleh karena itu untuk mengahadapi pengaruh masuknya budaya barat diperlukan sikap kritis dan bijaksana. Masyarakat Barat hidup dalam dunia teknis dan ilmiah. Mereka menganggap nilai – nilai yang meminta kepekaan hati sebagai suatu yang tidak bermutu.


Dengan bersumber dari filsafat positivisme, dunia Barat mengakui kelayakan martabat kemanusiaan nilainya tidak terukur oleh apapun. Semua itu berpangkal pada penghargaan mutlak terhadap kebebasan manusia. Dalam tradisi humanistic, ditekankan bahwa manusia harus memilih untuk dirinya tentang kebenaran dan kebaikan.


Menurut Alfian ( 1985, 36 ) ada tiga pola atau corak reaksi terhadap pengaruh budaya asing yaitu sebagai berikut.

a. Corak reaksi menerima seluruh kebudayaan Barat.

 Corak ini menganggap kebudayaan Timur / sendiri sudah tidak relevan lagi untuk menghadapi kondisi sekarang.
b. Corak reaksi yang sama sekali anti budaya Barat.
 Corak ini menganggap kebudayaan Barat hanya melahirkan manusia kejam dan kebudayaan Timur lebih unggul.
c. Corak reaksiyang berusaha melihat perbenturan antara budaya Timur dan Barat.
Corak reaksi ini berusaha mengambil jarak dan menilai secara jujur keunggulan kebudayaan Barat dan kelemahan kebudayaan Timur, sekaligus mempertahankan relevansi nilai – nilai Barat dan Timur.

D. HUBUNGAN ANTAR BUDAYA

Hubungan antar budaya adalah peristiwa saling berhubungan dan saling mempengaruhi di antara budaya local. Misalnya hubungan yang saling mempengaruhi antara budaya Sunda dengan budaya Jawa, dan sebagainya.
Hubungan antar budaya yang memungkinkan terjadinya adaptasi kebudayaan tersebut menurut ilmu antropologi dilakukan melalui proses:
Difusi budaya yaitu penyebaran unsur budaya ke seluruh penjuru dunia 
Akulturasi kebudayaan yaitu masuknya unsur – unsur budaya asing ke dalam unsur budaya sendiri
Asimilasi kebudayaan yaitu  percampuran unsur – unsur budaya yang berbeda 
Integrasi kebudayaan yaitu  bersatunya unsur – unsur  budaya yang berbeda
Discovery dan Inovasi yaitu penemuan baru

Masyarakat Indonesia yang dikenal hiterogen dalam berbagai aspek, sebagai pembentuk budaya nasional karena adanya hubungan antar budaya. Hubungan antar budaya seringkali menemui hambatan, seperti penggunaan bahasa, nilai dan norma masyarakat. Padahal syarat terjadinya hubungan tersebut harus dilandasi oleh saling pengertian dan pertukaran informasi antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, hubungan antar budaya tidak selamanya berdampak positif, tetapi dapat berdampak negatif berupa timbulnya konflik antar budaya yang dapat mengancam integrasi budaya nas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LIMBAH DAN JENISNYA

POLUSI

PENANGANAN LIMBAH