MOBILITAS SOSIAL
A. PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas sosial disebut juga Gerak Sosial adalah perubahan, pergeseran, peningkatan,
ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Misalnya, seorang pensiunan
pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang
pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha
ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu
bidang yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh miskin.
Proses perpindahan posisi atau status
sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam struktur
sosialmasyarakat inilah yang disebut gerak sosial
atau mobilitas sosial.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial.
Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan
memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri
mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial
berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu
saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka
hidup dalam kelas
sosial tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada
masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata.
Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah
strata lebih sulit.
Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang
menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem
kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia
tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta
yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang
menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi
gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
B. CARA UNTUK MELAKUKAN MOBILITAS SOSIAL
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas
adalah sebagai berikut :
1. Perubahan
standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan
mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi
peningkatan status.
Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya
diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya
naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia
tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup
sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
2. Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan.
Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana
menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya.
Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
3. Perubahan tempat
tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal
dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru atau dengan cara
merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan
mewah.
Contoh: seseorang yang
memiliki tempat tinggal mewah akan disebut secara otomatis
sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan
terjadinya gerak sosial ke atas.
4. Perubahan
tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan
status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih
tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi
juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk
mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari
golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus.
Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan
istilah-istilah asing.
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial
tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang
menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa,
seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan
"kang" di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas
pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya yang baru
seperti "Raden".
C. FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. Perubahan
kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan
sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat.
Misalnya, kemajuan teknologi membuka
kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti
fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya,
perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
3. Komunikasi yang
bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam
memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran
pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas
sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan
memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang
mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
4. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat
pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat
dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang
bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan
nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk
lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
5. Tingkat
Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah
cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat
kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka
kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang
lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki
kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
6. Kemudahan dalam
akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk
melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi
peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu,
menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk
mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
D. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG MOBILITAS SOSIAL
Beberapa faktor pendorong mobilitas sosial,
yaitu:
1. Faktor Struktural,
adalah jumlah relatif posisi yang
harus diisi
2. Faktor Sosial,
setiap manusia dilahirkan dalam latar belakang status yang berbeda. Tatkala
seseorang atau kelompok tidak puas dengan posisi status sekarang maka mereka
akan mencari status yang diinginkan.
3. Keadaan Ekonomi,
tiap-tiap individu berbeda-beda, tetapi masing-masing individu bersaing untuk
mencari kondisi ekonomi yang lebih baik.
4. Situasi Politik,
berpotensi menyebabkan mobilitas sosial suatu masyarakat, misalnya terjadi
situasi politik yang tidak menentu mengakibatkan rawan keamanan maka akan
sangat mungkin terjadi mobilisasi ke daerah yang lebih aman.
5. Kependudukan
(Demografi), biasanya terkait dengan pertambahan jumlah penduduk. Jika
mengalami pertumbuhan penduduk maka akan sangat mungkin terjadi mobilitas
sosial.
6. Keinginan (seseorang
atau kelompok) melihat daerah lain, akan mendorong untuk
melangsungkan mobilitas sosial.
E. FAKTOR PENGHAMBAT MOBILITAS SOSIAL
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial.
Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
1. Perbedaan kelas
rasial
Seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras
berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang
berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa.
Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir
ketika Nelson Mandela,
seorang kulit hitam, terpilihmenjadi presiden Afrika Selatan.
2. Agama
Seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem kasta.
3. Diskriminasi
Kelas
Dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini
terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai
syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu
mendapatkannya. Contoh: jumlah anggota DPR yag
dibatasi hanya 500 orang, sehingga hanya 500 orang yang mendapat kesempatan
untuk menaikan status sosialnya menjadi anggota DPR.
4. Kemiskinan
Dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai
suatu sosial tertentu. Contoh: "A" memutuskan
untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa
membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status
sosialnya.
5. Perbedaan jenis
kelamin
Dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status
sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialya.
F. BENTUK MOBILITAS SOSIAL
Berdasarkan Tipe
1. Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial
lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas
sosialnya. Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya
dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak
Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang
dilakukan Pak Amir tidak merubah status
sosialnya.
2. Mobilitas sosial
vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek
sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak
sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi
menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas
sosial vertikal ke bawah (social sinking).
a. Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)
Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang
utama.
1) Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.
Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam
kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada
sebelumnya. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah
satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
2) Membentuk kelompok baru.
Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan
status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua
organisasi. Contoh:Pembentukan organisasi baru memungkinkan
seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status
sosialnya naik.
b. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
1) Turunnya
kedudukan.
Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Contoh:seorang
prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan
tugasnya.
2) Turunnya derajat kelompok.
Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok
sebagai kesatuan. Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B.
akibatnya, status sosial tim pun turun.
3. Mobilitas Sosial Lateral
Mobilitas sosial lateral disebut juga mobilitas
geografis, yang mangacu pada perpindahan orang-orang dari unit wilayah satu ke
unit wilayah yang lain, atau perpindahan individu atau kelompok
dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
Berdasarkan
Ruang Lingkup
1. Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi
atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan
seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik
atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan
itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke
generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik
anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi
mobilitas vertikal antargenerasi.
2. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam satu generasi. Contoh:
Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam
bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri
yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Endra
bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya
juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih beruntung daripada kakaknya,
karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang pengusaha.
Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara
Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi.
G. SALURAN-SALURAN
MOBILITAS SOSIAL
1) Angkatan
bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan salah satu saluran mobilitas sosial. Angkatan
bersenjata merupakan organisasi yang
dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang
disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan
dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat ataukedudukan yang
lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.
2) Lembaga-lembaga
keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang,
misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan
lain lain.
3) Lembaga
pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari
mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator(perangkat)
yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan
yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah
lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan
menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi
pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
4) Organisasi
politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya
yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi,
sehingga status sosialnya meningkat.
5) Organisasi
ekonomi
Organisasi ekonomi (seperti
perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan
seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena
jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya
bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah
akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.
6) Organisasi
keahlian
Orang yang rajin
menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti
statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.
7) Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah
dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh
pasangannya.
H. DAMPAK MOBILITAS
SOSIAL
Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi
tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu
kemudian mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk konflik. Ada berbagai macam konflik yang bisa
muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas.
a. Dampak Negatif
1) Konflik
antarkelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran
seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan
tadi disebut kelas sosial.
Apabila terjadi
perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam
mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh
yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan
pengusaha.
2)
Konflik antar kelompok sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang
beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau
terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
3) Konflik
antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan
nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan
perubahan. Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum
muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai
yang dianut generasi tua.
4) Penyesuaian
kembali (akomodasi)
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau
mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa
konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian
kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali
yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai.
Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.
b. Dampak Positif
1) Orang-orang akan
berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju
Karena adanya kesempatan untuk pindah strata.
Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat
naik ke strata atas. Contoh: Seorang anak miskin berusaha
belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
2) Mempercepat
tingkat perubahan sosial masyarakat
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia
yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh
sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan
peningkatan dalam bidang pendidikan.
Komentar
Posting Komentar