PROSES INTEGRASI NUSANTARA




     A.   PENGERTIAN PROSES INTEGRASI NUSANTARA
Integrasi adalah proses penyatuan, atau proses untuk membuat sesuatu menjadi utuh kembali. Integrasi suatu bangsa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adanya integrasi akan melahirkan satu kekuatan bangsa yang ampuh dan segala persoalan yang timbul dapat dihadapi bersama-sama. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah wujud konkret dari proses integrasi bangsa.

Proses integrasi bangsa Indonesia mengalami kemajuan sejak proses Islamisasi. Ulama-ulama dari Minangkabau misalnya sudah berhasil mengislamkan saudara-saudara masyarakat Sulawesi, begitu juga ulama Sulawesi juga telah berperan dalam mengislamkan saudara-saudara kita di Bima, Nusa Tenggara, Kepulauan Riau dan sebagainya, begitu juga ulama dari Jawa Timur telah mengislamkan Ternate dan Tidore.

Integrasi suatu bangsa merupakan suatu proses historis yang panjang. Integrasi terjadi dalam suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Kita merasa sebagai satu bangsa karena ada keterikatan budaya satu dengan lainnya, ada persamaan kepentingan, menggunakan bahasa yang sama, mengakui sistem nilai yang sama, ada persamaan identitas, dan ada solidaritas sebagai satu bangsa yang sama.

Semakin sering terjadi hubungan, kontak budaya, dan pergaulan antargolongan suku bangsa di Indonesia, akan semakin baik guna terbentuknya identitas bangsa. Melalui komunikasi yang terbuka antarsuku bangsa maka sikap prasangka, sentimen kesukuan atau kedaerahan, lambat laun dapat dihilangkan.

B.      PERANAN ULAMA DALAM PROSES INTEGRASI
Ulama menduduki posisi penting dalam masyarakat Islam tidak hanya sebagai figur ilmuan yang menguasai dan memahami ajaran-ajaran agama, tetapi juga sebagai penggerak, motivator dan dinamisator masyarakat ke arah pengembangan dan pembangunan umat. Para ulama juga berperan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Peranan para ulama dalam proses integrasi Nusantara antara lain sebagai berikut.
1.   Agama islam yang masuk dan berkembang di Nusantara mengajarkan kebersamaan dan mengembangkan toleransi dalam kehidupan beragama.
2.     Islam mengajarkan persamaan dan tidak mengenal kasta-kasta dalam kehidupan masyarakat. 
3.     Konsep ajaraan islam memunculkan perilaku ke arah persatuan dan persamaan derajat.
 Dalam bidang kebudayaan, umat Islam mempunyai ciri yang khusus pula dari budaya material (material culture) dalam kehidupan seharihari, sampai kepada budaya spiritual (spiritual culture). Bahkan sampai sekarang kita masih bisa menyaksikan berbagai kesinambungan tertentu antara tradisi Islam dengan tradisi budaya spiritual praIslam yang sedikit banyak diwarnai tradisi Hindu, Buddha, dan bahkan tradisi keagamaan spritual lokal. Di sisi lain, datangnya pedagang-pedagang Islam di Indonesia mendorong berkembangnya tempat-tempat perdagangan di daerah pantai. Tempat-tempat perdagangan itu kemudian berkembang menjadi pelabuhan dan kota-kota pantai. Bahkan kota pantai yang merupakan bandar dan pusat perdagangan, berkembang menjadi kerajaan. Timbulnya kerajaan-kerajaan Islam menandai awal terjadinya proses integrasi. Meskipun masing-masing kerajaan memiliki cara dan faktor pendukung yang berbeda-beda dalam proses integrasinya. Penyebaran Agama Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan denga peranan Ulama dan para Wali.Para Ulama dan Wali biasanya berasal dari kalangan bangsawan atau paling tidak orang yang dekat dengan kerajaan. Raja-raja Indonesia memberdayakan para Ulama dan Para Wali sebagai penyebaran agama Islam di daerah-daerah. Merekalah yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Pulau Islam. Jumlah para wali di Jawa sebenarnya banyak tetapi yang terkenal hanya sembilan orang, terkenal dengan sebutan Wali Sanga. Berikut Wali Sanga (Sembilan Wali) yang sangat berjasa besar dalam penyebaran Islam di Indonesia.
a.     Sunan Gresik
Nama asli Sunan Gresik adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim, dikenal dengan Maulana Maghribi. Beliau sebagai penyebar agama Islam di Gresik dan sekitarnya. Beliau dikenal sebagai wali pertama dan guru dari para wali yang lain di Jawa.
b.     Sunan Ampel
Sunan Ampel menyebarkan agama Islam di daerah Ampel Dhenta, Surabaya. Dia dikenal sebagai bapak para wali, karena kedua anaknya Sunan Bonang dan Sunan Drajat termasuk golongan para Wali Sanga. Nama sli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Beliau ikut serta dalam pembangunan Masjid Agung Demak.
c.     Sunan Giri
Nama asli Sunan Giri adalah Rade Paku, putra ulama besar Syekh Maulana Ishak. Beliau penyebar agama Islam di daerah Ternate dan Tidore, di samping daerah Gresik.
d.     Sunan Bonang
Nama asli Sunan Bonang adalah Makdum Ibrahim. Beliau adalah putra Sunan Ampel, dan guru daru Sunan Kalijaga. Daerah penyebarannya di daerah Tuban dan Lasem.
e.       Sunan Drajat
Nama asli Sunan Drajat adalah Syarifudin. Sejak kecil sudah dikenal karena kecerdasannya. Dia guru dari Sunan Kalijaga. Daerah penyebarannya adalah di sekitar Lamongan.
f.        Sunan Kudus
Sunan Kudus melakukan penebaran agama Islam di daerah Kudus. Nama aslinya adalah Jafar Shodiq. Peninggalan Sunan Kudus yang sampai sekarang masih terpelihara dengan baik adalah Masjid Menara Kudus.
g.      Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga bertugas menyebarkan agama Islam didaerah Demak dan sekitarnya. Sunan Kalijaga adalah wali yang sangat terkenal karena penyebaran agama Islam melalui seni wayang kulit. Caranya dengan mengadakan pertunjukkan, sabil diisi dakwah. Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Said.
h.      Sunan Gunung Jati
Nama asli dari Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah. Ketika menjadi raja di Banten, ia bergelar Faletehan. Daerah sasaran penyebaran Islam yang ia alaakukan meliputi daerah Banten dan Cirebon. Di Samping itu Syarif Hidayatullah pernah menjadi panglima perang Kerajaan Demak ketika memimpin pasukan untuk berperang ke Sunda Kelapa melawan Portugis. Dengan keberaniannya itu, Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama Fatahillah. Setelah wafat ia dimakamkan di Gunung Jati maka dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
i.        Sunan Muria
Nama asli dari Sunan Muria adalah Raden Umar Said. Sunan Muria melakukan penyebaran agama Islam di daerah Calo di lereng Gunung Muria.

C.   PERAN PERDAGANGAN ANTARPULAU
Proses integrasi juga terlihat melalui kegiatan pelayaran dan perdagangan antarpulau. Sejak zaman kuno, kegiatan pelayaran dan perdagangan sudah berlangsung di Kepulauan Indonesia. Pelayaran dan perdagangan itu berlangsung dari daerah yang satu ke daerah yang lain, bahkan antara negara yang satu dengan negara yang lain. Kegiatan pelayaran dan perdagangan pada umumnya berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini, menimbulkan pergaulan danhubungan kebudayaan antara para pedagang dengan penduduk setempat. Kegiatan semacam ini mendorong terjadinya proses integrasi.

Pada mulanya penduduk di suatu pulau cukup memenuhi kebutuhan hidupnya dengan apa yang ada di pulau tersebut. Dalam perkembangannya, mereka ingin mendapatkan barang-barang yang terdapat di pulau lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terjadilah hubungan dagang antar pulau. Angkutan yang paling murah dan mudah adalah angkutan laut (kapal/perahu), maka berkembanglah pelayaran dan perdagangan. Terjadinya pelayaran dan perdagangan antarpulau di Indonesia yang diikuti pengaruh di bidang budaya turut berperan serta mempercepat perkembangan proses integrasi. Misalnya, para pedagang dari Jawa berdagang ke Palembang, atau para pedagang dari Sumatra berdagang ke Jepara. Hal ini menyebabkan terjadinya proses integrasi antara Sumatra dan Jawa. Para pedagang di Banjarmasin berdagang ke Makassar, atau sebaliknya. Hal ini menyebabkan terjadi proses integrasi antara masyarakat Banjarmasin (Kalimantan) dengan masyarakat Makassar (Sulawesi). Para pedagang Makassar dan Bugis memiliki peranan penting dalam proses integrasi. Mereka berlayar hampir ke seluruh Kepulauan Indonesia bahkan jauh sampai keluar Kepulauan Indonesia.

Pulau-pulau penting di Indonesia, pada umumnya memiliki pusat-pusat perdagangan. Sebagai contoh di Sumatra terdapat Aceh, Pasai, Barus, dan Palembang. Jawa memiliki beberapa pusat perdagangan misalnya Banten Sunda Kelapa, Jepara, Tuban, Gresik, Surabaya, dan Blambangan. Kemudian di dekat Sumatra ada Bandar Malaka. Malaka berkembang sebagai bandar terbesar di Asia Tenggara. Tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis. Akibatnya perdagangan Nusantara berpindah ke Aceh. Dalam waktu singkat Aceh berkembang sebagai bandar dan sebuah kerajaan yang besar. Para pedagang dari pulau-pulau lain di Indonesia juga datang dan berdagang di Aceh.

Sementara itu, sejak awal abad ke-16 di Jawa berkembang Kerajaan Demak dan beberapa bandar sebagai pusat perdagangan. Di Indonesia bagian tengah maupun timur juga berkembang kerajaan dan pusat-pusat perdagangan. Dengan demikian, terjadi hubungan dagang antardaerah dan antarpulau. Kegiatan perdagangan antarpulau mendorong terjadinya proses integrasi yang terhubung melalui para pedagang.Pelayaran dan perdagangan antarpulau di kawasan Nusantara merniliki peran penting dalam proses integrasi bangsa Indonesia. Peranan tersebut dapat dilihat pada tiga hal penting. Seperti :
1.     Menghubungkan Penduduk Satu Pulau Dengan Lainnya. Dalam pelayaran dan perdagangan, laut memegang peranan yang sangat penting. Laut digunakan sebagai jalan bebas hambatan yang bisa digunakan oleh penduduk pulau mana pun. Laut merupakan jalan penghubung sekaligus sebagai pemersatu penduduk yang tinggal di kepulauan Nusantara. Misalnya, para pedagang dari Jawa berdagang ke Palembang, atau para pedagang dari Sumatra berdagang ke Jepara. Hal ini menyebabkan terjadinya proses integrasi antara Sumatra dan Jawa. Para pedagang di Banjarmasin berdagang ke Makassar, atau sebaliknya. Hal ini menyebabkan terjadi proses integrasi antara masyarakat Banjarmasin (Kalimantan) dengan masyarakat Makassar (Sulawesi).
2.      Proses Percampuran dan Penyebaran Budaya Satu Daerah Terhadap Daerah Lainnya. Setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511, sebagian kegiatan perdagangan Nusantara dialihkan ke Aceh, Banten, Makasar, Gresik, dan lain-lain. Di kota-kota tersebut, seperti halnya di Malaka sebelum 1511, terjadi pertemuan antara berbagai suku bangsa. Dari pertemuan itu, terjadilah pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan adat-istiadat yang berbeda-beda.
Kegiatan perdagangan antarpulau mendorong terjadinya proses integrasi yang terhubung melalui para pedagang. Proses integrasi itu juga diperkuat dengan berkembangnya hubungan kebudayaan. Bahkan juga ada yang diikuti dengan perkawinan.

D.      PERAN BAHASA
Bahasa Melayu digunakan hampir di seluruh pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu sejak zaman kuno sudah menjadi bahasa resmi Negara Melayu (Jambi). Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dan bahasa ilmu pngetahuan. Hal ini dapat dilihat dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M, Prasasti Talang Tuo tahun 684 M, Prasasti Kota Kapur tahun 685 M, dan Prasasti Karang Berahi tahun 686 M.

Para pedagang di daerah-daerah sebelah timur Nusantara, juga menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Pada mulanya bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa dagang. Akan tetapi lambat laun bahasa Melayu tumbuh menjadi bahasa perantara dan menjadi bahasa pergaulan di seluruh Kepulauan Nusantara.

Masuk dan berkembangnya agama Islam, mendorong perkembangan bahasa Melayu. Buku-buku agama dan tafsir al- Qur’an juga mempergunakan bahasa Melayu. Ketika menguasai Malaka, Portugis mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan bahasa Portugis, namun kurang berhasil. Pada tahun 1641 VOC merebut Malaka dan kemudian mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan bahasa Melayu. Jadi, secara tidak sengaja, kedatangan VOC secara tidak langsung ikut mengembangkan bahasa Melayu.

Bahasa melayu cepat berkembang di Nusantara karena hal-hal sebagai berikut :
a.       Bahasa Melayu digunakan hampir di semua pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Nusantara.
b.      Bahasa Melayu sejak zaman kuno sudah menjadi bahasa resmi Negara Melayu (Jambi).
c.       Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dan bahasa ilmu pengetahuan. 
d.      Para pedagang di daerah-daerah sebelah timur Nusantara, juga menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
e.       Pada tahun 1641 VOC merebut Malaka dan kemudian mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan bahasa Melayu. Dengan demikian kedatangan VOC juga membantu mengembangkan bahasa Melayu.

Proses integrasi bangsa Indonesia yang dimulai sejak abad ke-16 sampai abad ke-19 dan diteruskan pada abad ke-20 melalui gerakan kebangsaan sebenarnya tidak berakhir sampai terbentuknya negara kesatuan RI, 17 Agustus 1945, melainkan terus berlanjut, sampai sekarang.Faktor pemersatu terpenting di antara berbagai suku bangsa Nusantara adalah Islam. Islam mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara berbagai suku bangsa dan menjadi identitas yang mengatasi batas-batas geografis, sentimen etnis, identitas kesukuan, adat istiadat dan tradisi lokal lainnya. Tentu saja, sejauh menyangkut pemahaman dan pengamalan Islam, terdapat pula perbedaanperbedaan tertentu terhadap doktrin dan ajaran Islam sesuai rumusan para ulama, bukan dengan identitas suku bangsa.






























































Komentar

Postingan populer dari blog ini

LIMBAH DAN JENISNYA

POLUSI

PENANGANAN LIMBAH